27.8.09

teori disonansi kognitif

TEORI DISONANSI KOGNITIF

Sikap merupakan hal penting dalam penjelasan sosial mengenai perilaku manusia oleh orang awam maupun profesional. Begitu pentingnya sikap sehingga banyak teori mencoba untuk menjelaskan mengenai pembentukan sikap, perubahan dan keterhubungan antara kognisi, sikap, emosi dan kecendrungan periaku. Banyak psikolog menyatakan bahwa pendekatan mengenai sikap yang paling berpengaruh diturunkan dari teori konsistensi kognitif. Kognitif ialah cara-cara untuk mengetahui keyakinan, kepercayaan, penilaian dan pemikiran.

Disonansi Kognitif adalah perasaan yang tidak seimbang atau merupakan perasaan tidak nyaman yang diakibatkan oleh sikap, pemikiran dan perilaku tidak konsisten dimana memotivasi orang untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan itu.
Disonansi adalah sebutan untuk ketidakseimbangan, dan
Konsonansi adalah sebutan untuk keseimbangan.

Browns menyatakan bahwa teori ini memungkinkan dua elemen untuk memiliki tiga hubungan yang berbeda satu sama lain, yaitu :
- Hubungan Konsonan (consonant relationship), ada antara dua elemen ketika dua elemen tersebut ada pada posisi seimbang satu sama lain.
- Hubungan Disonan (disonant relationship) yaitu kedua elemennya tidak seimbang satu sama lainnya.
- Hubungan tidak relevan (irrelevant relationship) ada ketika elemen-elemen tidak mempunyai hubungan makna satu sama lain.

Pentingnya disonansi kognitif bagi peneliti komunikasi ditunjukkan dalam pernyataan Festinger bahwa ketidaknyamanan yang disebabkan oleh disonansi akan mendorong terjadinya perubahan. Dan disonansi kognitif dapat memotivasi perilaku komunikasi saat orang melakukan persuasi kepada oranglainnya dan saat orang berjuang untuk mengurangi disonasi kognitifnya.

Asumsi dari teori Disonansi Kognitif terdapat empat asumsi dasar, yaitu :
• Manusia memiliki hasrat akan konsistensi pada keyakinan, sikap dan perilakunya. Disini menekankan sifat dasar manusia yang mementingkan stabilitas dan konsistensi.
• Disonansi diciptakan oleh inkonsistensi psikologis. Teori ini merujuk pada fakta bahwa kognisi-kognisi harus tidak konsisten secara psikologis. Contoh; seseorang akan merasa tidak konsisten secara psikologis ketika ia tidak melakukan apapun sementara ia sebenarnya ingin membantu.
• Disonansi adalah perasaan tidak suka yang mendorong orang untuk melakukan tindakan-tindakan dengan dampak yang dapat diukur.
• Disonansi akan mendorong usaha untuk memperoleh konsonansi dan usaha untuk mengurangi disonansi.

Tingkat disonansi merujuk kepada jumlah kuantitatif dari perasaan tidak nyaman yang dirasakan seseorang. Ada tiga faktor dapat mempengaruhi tingkat disonansi (Zimbardo,Ebbesen & Maslach, 1977) :
Pertama, Tingkat Kepentingan (importance). Faktor dalam menentukan tingkat disonansi, merujuk pada berapa signifikan permasalahan
Kedua, Jumlah disonansi dipengaruhi oleh Rasio disonansi (dissonance ratio) atau jumlah kognisi disonan berbanding dengan jumlah kognisi yang konsonan.
Ketiga, Tingkat Disonansi dipengaruhi oleh rasionalitas (rationale) merujuk kepada alasan yang dikemukakan untuk menjelaskan mengapa sebuah inkonsistensi muncul.

Kita dapat mengatasi Disonansi dengan :
1. Mengurangi pentingnya keyakinan disonan kita.
2. Menambah keyakinan yang konsonan, atau
3. Menghapuskan disonansi dengan cara tertentu.

Secara spesifik, teori Disonansi Kognitif berkaitan dengan proses ;
Pemilihan terpaan (Selextive Exposure) atau mencari informasi yang konsisten yang belum ada, membantu mengurangi disonansi.
Perhatian Selektif (Selective Attention) metode untuk mengurangi disonansi dengan memberikan perhatian pada informasi yang konsonan dengan keyakinan dan tindakan yang ada saat ini.
Interpretasi Selektif (Selective Interpretation), melibatkan interpretasian informasi yang ambigu sehingga menjadi konsisten.
Retensi Selektif (Selective Retention) merujuk pada mengingat dan mempelajari informasiyang konsisten dengan kemampuan lebih besar dibandingkan yang kita lakukan terhadap informasi yang tidak konsisten.

Justifikasi Minimal (minimal Justification) merupakan penawaran insentif yang disyaratkan bagi seseorang untuk berubah atau dibutuhkan untuk mendapatkan persetujuan.

Banyak penelitian berkonsentrasi pada disonansi kognitif sebagai fenomena pasca pengambilan keputusan. Beberapa studi mempelajari mengenai penyesalan pembelian (a buyer’s remorse) yaitu disonansi yang seringkali terjadi atau dialami seseorang setelah memutuskan suatu pembelian yang besar.

Sedikit contoh dari studinya dimana mereka mencari orang-orang yang sedang menunggu pengiriman mobil yang sudah mereka tandatangani kontrak pembeliannnya. Orang-orang ini akan dibagi menjadi dua kelompok, satu kelompok dihubungi dua kali utnuk meyakinkan membeli, yang satu lagi tidak dihubungi sama sekali. Kira-kira dua kali lebih banyak orang dari kelompok yang tidak dihubungi membatalkan pembelian mobil itu.

Temuan ini mendukung teori bahwa disonansi dapt terjadi setelah melakukan pembelian yang besar.Juga informasi untuk memberikan pandangan dapat mengurangi disonansi.



Ada beberapa peneliti yang melakukan kritik atas teori disonansi kognitif. Daryl Bem (1967) berargumen bahwa konsep inti yang penting adalah bukan kognitif jenis apapun, melainkan perilaku. Maka bukan menjadi perubahan namun memndorong terjadinya persepsi diri.

Penelitian yang dilakukan Claude Steel juga menawarkan sebuah penjelasan perilaku untuk pengaruh disonansi; afirmasi diri (self-affirmation theory). Yaitu hasil berperilaku dalam suatu cara tertentu yang mengancam integritas moral seseorang. Ketidaknyamanan mungkin bukan karena seseorang memegang dua keyakinan yang bertolak belakang tetapi dia tidak menghargai dirinya yang tetap pada sesuatu padahal ia tidak mencapai sesuatu yang signifikan.

Teori Kognittif Disonansi juga dikritik karena tidak mempunyai cukup kegunaan. Ada pendapat bahwa teoti ini tidak menjelaskan yang menyelutuh untuk bagaimana dan kapan orang akan mengurangi disonansi. Masalah prediksi juga muncul dalam fakta bahwa teori tidak berbicara mengenai isu perbedaan individu. Orang bervariasi dalam toleransi terhadap disonansi, dan teori gagal untuk mejelaskan bagaimana fakto-faktor ada didalam penjelasannya.

Meskipun Teori Disonansi Kognitif memiliki keterbatasan, teori ini menawarkan pandangan baru ke dalam hubunganantara sikap,kognisi, emosi dan perilaku dan teori ini menyarankan suatu metode untuk mengubah sikap dan persuasi.









TEORI PELANGGARAN HARAPAN

Sebuah bagian penting mengenai komunikasi adalah peranan komunikasi nonverbal. Apa yang kita lakukan / katakan dapat menjadi lebih penting dari apa yang sebenarnya kita katakan.

Ilmu yang mempelajari tentang penggunaan ruang seseorang disebut sebagai proksemik. Dalam hal ini membahas tentang cara seseorang menggunakan ruang dalam percakapan mereka dan juga persepsi orang lain akan penggunaan ruang. Burgoon berpendapat bahwa manusia memiliki dua kebutuhan yang saling bertarung, yaitu: afiliasi dan ruang pribadi.

Ruang personal ialah sebuah ruang tidak kelihatan dan dapat berubah-ubah yang melingkupi seseorang, yang menunjukkan jarak yang dipilih untuk diambil oleh seseorang terhadap orang lain. Dalam usahanya menggunakan ruang, terdapat empat zona proksemik (ilmu tentang penggunaan ruang oleh seseorang), yaitu :

- Jarak intim merupakan zona yang mencakup perilaku yang ada pada jarak 0-18 inci. Dapat terjadi pada dua individu yang memiliki hubungan kedekatan antara yang satu dengan yang lain. Contoh; hubungan antara suami-istri, mereka sering sekali menciptakan zona keintiman melalui sentuhan hingga mengamati wajah pasangannya. Namaun jika mereka tidak memiliki hubungan kedekatan satu sama lain, maka mereka akan berusaha untuk mengalihkan dari jarak intim yang tercipta, misalnya jarak intim yang tercipta antara para pengguna lift di kantor/pusat perbelanjaan, mereka akan berusaha sekali untuk mengalihkan diri dari jarak intim yang tercipta dengan melihat kancing, tombol lift, dll. 
- Jarak personal merupakan zona yang mencakup perilaku yang terdapat pada area yang berkisar antara 46cm hingga 1,2 meter. Hall berpendapat bahwa perilaku dalam jarak personal seperti bergandengan tangan hingga menjaga jarak dengan seseorang sejauh panjang lengan. Jarak personal ini dapat kita temui dalam kehidupan bersama keluarga dan teman-teman. 
- Jarak sosial merupakan zona spasial yang berkisar antara 1,2 meter sampai 3,6 meter. Dalam kategori ini menggambarkan banyak percakapan dalam budaya Amerika Serikat, misalnya percakapan yang terjadi antar teman sekantor. 
- Jarak publik adalah sebuah zona spasial yang berjarak 3,7 meter. Titik terdekat dari jarak publik misalnya biasa digunakan untuk sebuah diskusi formal antara guru dan siswa. Dalam jarak publik ini kita akan sulit untuk membaca ekspresi wajah orang lain.
 
Terdapat elemen tambahan yaitu Kewilayahan (territoriality) atau kepemilikan seseorang terhadap suatu area atau benda. Dan terdapat 3 jenis wilayah :
- Wilayah Primer (primary territories) merupakan wilayah ekslusif seseorang, contoh; ruang kerja seseorang
- Wilayah Sekunder (secondary territories), tidak ekslusif kepada satu orang saja, tetapi orang tersebut merasakan hubungan khusus dengan wialayah itu. Contoh; mahasiswa merasa perpustakaan kampus adalah wilayah sekunder mereka.
- Wilayah publik (public territories) menandai tempat-tempat terbuka untuk semua orang termasuk pantai dan taman.

Teori Pelanggaran harapan berakar pada bagaimana pesan-pesan ditampilkan pada orang lain dan jenis-jenis perilaku yang dipilih orang lain dalam sebuah percakapan. Selain itu terdapat tiga asumsi yang menuntun teori ini :
- Harapan mendorong terjadinya interaksi antar manusia
- Harapan terhadap perilaku manusia dipelajari
- Orang membuat prediksi mengenai perilaku nonverbal.

Harapan (expectancy) merupakan pemikiran dan perilaku yang diantisipasi dalam sebuah percakapan dan mendorong terjadinya interaksi. Termasuk didalamnya adalah perilaku verbal dan nonverbal seseorang. Dan terdapat dua jenis harapan :
- Harapan Prainteraksional (pre-interactional expectation) mencakup jenis pengetahuan atau keahlian interaksional yang dimiliki komunikator sebelum memasuki sebuah percakapan.
- Harapan interaksional (interational expectation) yaitu kemampuan seseorang untuk menjalankan suatu interaksi.

Menurut Burgoon, Deborah Coker dan Ray Coker, bahwa orang memiliki potensi baik karakteristik positif maupun negatif dalam sebuah interaksi.Hal ini disebut dengan Valensi Penghargaan Komunikator (Communicator reward valence)

Borgoon juga merasa bahwa penyimpangan harapan memiliki konsekuensi. Maksudnya ketika harapan seseorang dilanggar, minat atau perhatian orang tersebut akan dirangsang sehingga ia akan menggunakan mekanisme tertentu untuk menghadapi pelanggaran yang terjadi. Rangsangan (arousal) yaitu minat atau perhatian yang meningkat ketika penyimpangan harapan terjadi. Seseorang dapat terangsang secara :
- Rangsangan Kognitif (kognitif arousal) adalah kesiagaan atau orientasi terhadap pelanggaran. Ketika kita terangsang secara kognitif, indera intuitif kita meningkat.
- Rangsangan Fisik (physical arousal) merupakan perubahan dalam tubuh sebagai akibat dari penyimpangan harapan.

Begitu rangsangan timbul, ancaman akan muncul. Batas ancaman didefinisikan sebagai jarak dimana orang yang berinteraksi mengalami ketidaknyamanan fisik dan fisiologis dengan kehadiran orang lain. Atau toleransi bagi pelanggaran jarak.

Dan ketika harapan dilanggar, banyak orang mengevaluasi pelanggaran tersebut berdasarkan sebuah valensi. Valensi Pelanggaran (violation valence) merujuk pada penilaian positif atau negatif dari sebuah perilaku yang tidak terduga, dan berfokus pada penyimpangan itu sendiri.

1 comment:

  1. maturnuwun kagem penjeLasannya, sangad bermanfaat buat tugas saya.. =)

    ReplyDelete